Selasa, 17 Mei 2011

Tragedi beutong di pesantren Nahrul Ulum

Category:Other
Kontak tembak yang terjadi di pesantren Nahrul Ulum, Desa Babah Krueng Kec. Beutong Kab. Nagan Raya Prov. NAD yang menewaskan empat dari lima orang kelompok orang-orang bersenjata AK 47 dan AK 56, terjadi hari selasa, 15 Juli 2008. Seorang dari kelompok tersebut sempat melarikan diri dan berhasil ditangkap jajaran kepolisian dari Polres Persiapan Nagan Raya dibantu Brimob dari Kompi IV Kuala, setelah sempat membuang pistol.

Kejadian ini berawal dari laporan masyarakat kepada pihak kepolisian setempat yang mencurigai keberadaan kelompok itu yang datang sehari sebelumnya ke pesantren tersebut dengan diantar oleh sebuah mobil kijang Mendapat laporan tersebut, jajaran kepolisian dari Polres Persiapan Nagan Raya didukung pasukan Brimob dari Kompi IV Kuala melakukan pengintaian selama satu malam ke lokasi pesantren itu. Pada saat polisi meminta kepada kelompok tersebut untuk menyerah, namun tidak digrubis dan bahkan melepaskan tembakan kearah polisi yang sudah mengepung lokasi pesantren itu. Serangan tersebut dibalas dan terjadilah kontak tembak selama satu jam lebih. Seorang diantaranya mencoba melarikan diri tapi berhasil ditangkap setelah membuang sebuah pistol. Sedangkan empat orang lainnya ditemukan tewas dilokasi kejadian dengan bersimbah darah dan luka tembak disekujur tubuhnya.

Masyarakat sekitar pesantren merasa sangat terkejut dengan kejadian itu. Pesantren Nahrul Ulum berada di perkampungan penduduk yang berjarak hanya enam kilometer dari pusat kota Jeuram, ibukota Kabupaten Nagan Raya. Kedatangan lima orang tamu yang diantar mengunakan mobil itu sempat dilihat oleh para santri, bahkan mereka mengatakan tidak mengenalnya dan mengira sebagai santri baru yang hendak menuntut ilimu di pesantren mereka. Pasca kejadian kontak tembak, para santri dan masyarakat sekitarnya merasa ketakutan dan tidak berani keluar rumah. Menurut informasi yang diperoleh dari masyarakat setelah kejadian tersebut, kelima orang itu bukan warga Nagan Raya, mereka datang dari luar kabupaten Nagan Raya.

Hingga saat ini, pihak berwajib belum dapat mengungkap apa maksud dan tujuan dari kelompok orang-orang bersenjata itu datang ke pesantren Nahrul Ulum. Pihak Polres Persiapan Nagan Raya sedang memeriksa secara intensif salah seorang dari kelompok tersebut yang berhasil ditangkap. Pimpinan Pesantren tersebut juga sudah dipanggil polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Menurut keteranagn dari pimpinan pesantren tersebut, pihaknya sedang memimpin pengajian sewaktu kelompok itu datang ke pesantrennya dan baru mengetahui setelah mendengar suara letusan senjata. Mengenai dengan informasi yang beredar bahwa di pesantren miliknya ada dilakukan peusijuk (tepung tawar) senjata, pihaknya dengan sangat mengatakan bahwa peusijuk itu sama sekali tidak pernah dilakukan, dan juga tidak mengetahui kalau mereka membawa senjata ketika datang ke pesantrennya.

Tragedi Beutong belum bisa diindifikasikan sebagai kelompok separatis. Pengembangan kejadian sedang dilakukan oleh jajaran kepolisian dengan memeriksa salah seorang yang berhasil ditangkap dan memintai keterangan kepada pimpinan pesantren serta masyarakat yang mengetahui kejadian itu.

Aceh baru saja menikmati suasana kedamaian dari masa-masa konflik tiga puluh tahun lamanya dan menjadikan suasana berkehidupan saat itu sangat kacau. Trauma dari kontak senjata antara aparat NKRI dengan pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang terjadi hampir setiap hari di disetiap sudut kancah peperangan, merenggut korban nyawa dari masyarakat umum yang tidak berdosa. Kejadian-kejatian itu membuat rakyat Aceh merasa lelah dan putus asa. Ditambah lagi dengan kejadian bencana gempa dan tsunami diakhir tahun 2004 yang mensyuhadakan lebih dari dua ratusan ribu rakyat Aceh untuk diambil kembali nyawanya oleh Yang Maha Pencipta. Aceh senantiasa dalam musibah, rakyat Aceh sudah hampir kering air matanya.

Perjuangan panjang untuk mewujudkan perdamaian, mencari jalan kembali untuk mengembalikan Aceh pada suasana ketentraman dan kenyamanan, dilakukan di kota Helsinki, Finlandia di pertengahan Agustus 2005 silam. Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), duduk kembali satu meja dengan membuat perjanjian-perjanjian untuk menghentikan perseteruan yang sudah terjadi selama tiga puluh tahun. Seluruh rakyat Aceh bersyukur kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya yang telah membuka hati pihak-pihak yang bersengketa untuk berdamai demi keamanan dan kenyamanan masyarakat umumnya di tanah Aceh.

Kini, Aceh dapat menghirup kembali udara segar yang jauh dari bau mesiu dan darah. Bersatu untuk menjaga dan melindungi perdamaian adalah tujuan utama dari seluruh lapisan masyarakat Aceh khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Jangan ada lagi kekacauan dan letusan senjata api di tanah rencong milk kita tercintai yang dapat meresahkan kembali kehidupan masyarakat.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar